Posts

Showing posts from February, 2019

We're better together, can we?

Kemarin aku bertemu beberapa orang. Salah satunya orang yang hatinya lapang sekali. Sengaja menghindari dulu suasana kantor, karena khawatir kami berdua masih diliputi emosi. Terutama diriku yang masih belum sanggup menahan sedih. Aku tidak bercerita tentang apa yang aku alami. Tapi aku seperti dibukakan pikiran tanpa sengaja. Tentang ikhlas menerima, tentang rela melepaskan. Lepas bukan berarti hilang, tapi lebih kepada menerima bahwa di dunia ini semua hanya milik Allah sang Maha Pencipta. Semua yang dihadirkan dalam kehidupan kita hanya titipan. Kita tidak bisa keras kepala menganggap semua yang hadir, semua yang kita punya adalah hak penuh untuk kita. Tidak. Aku menyadari, betapa deretan trauma kehilangan dan perpisahan orang tersayang, sangat berdampak. Takut kehilangan, takut berpisah menjadikan diri ini penuh ego, alih-alih menyayangi, tapi justru melukai. Aku yang tidak peka, bahwa dia juga terluka. Aku yang tidak sabar, bahwa dia juga berusaha tegar. Aku seharusnya leb

Luruh.

Image
"Saya memang sayang sama kamu. Tapi saya tidak akan pernah menikah dengan siapapun" Kalimat itu terus terngiang-ngiang di kepala. Membayangkan rupa yang berbicara, lara. Napas sempat terhenti. Pikiran menerawang jauh, ke titik gelap. Luruh, seluruh harapku.....

Kisah Sekotak Tisu.

Seperti biasa aku melihat gerak-geriknya yang kadang sulit ditebak. Tangannya memegang selembar keresek putih, bekas bungkus dus makanan yang dibawanya untuk camilan pagi tadi. Kotak kebahagiaan, yang isinya onde-onde kesukaanku. Tentu saja, aku hanya makan kulitnya. Lalu dia berjalan mengambil tisu setebal kurang lebih 10cm. Aku seperti biasa, si kepo yang selalu penasaran dengan tingkah lakunya. “Mau ngapain sih?” seperti biasa juga dia selalu menjawab pertanyaanku dengan cuek dan bikin pensaran. “Liat aja ntar?” begitu katanya. Rupanya, dia memasukkan tumpukan tisu itu ke dalam kantong keresek tadi. Direkatkan dengan plester bening. Lalu dia mencari gunting, dan menggunting bagian tengah kantong keresek itu. Taraa! Jadilah tempat tisu buatannya. Dia simpan di meja tempat kami berdua bekerja. “Enggak perlu bolak-balik kan kalau gini,” ujarnya. Sesederhana itu, tapi selalu membuat aku kagum. I laff u.  

Lepas dari Ailurophobia.

Aku ingin dia lepas dari trauma. Maka jika ingin adil, seharusnya aku juga hilang dari trauma. Salah satu trauma yang menganggu adalah ketakutanku akan kucing. Yang jadinya membuat susah diriku sendiri. Seperti halnya ada kucing di atas jemuran. Sangat menghambat aku yang takut sekali kucing tapi harus mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Hari ini aku iseng, berkonsultasi online dengan psikolog lewat aplikasi Halo Doc. Dokternya sangat baik, dia memberitahuku tahapan-tahapan, mulai dari melihat gambar dan video tentang kucing, hingga memintaku memegang kucing yang dipegang orang yang sangat kita percaya. Aku mulai coba lebih sering melihat gambar kucing video kucing. Perlahan, akan kucoba minta sama dia untuk menemaniku memegang kucing pelan-pelan. Aku tau, dia juga sangat sayang kucing. Selain menghilangkan trauma untuk diri sendiri, aku juga ingin dia tau, aku sedang berusaha tidak takut kucing lagi.

Self Love Mantra.

you are enough.   you are good enough.   you are smart enough.   you are strong enough.   you are beautiful enough.   you are kind enough.   you are brave enough.   you are enough and you will always be.